SDN TAMBAKSARI I TIRTAJAYA
Totalitas Perjuangan Bagi Pendidikan Indonesia
Be Smart, Be Creative
Minggu, 11 Agustus 2019
Sabtu, 10 Agustus 2019
Perkembangan Bahasa Anak
Oleh: Ahmadi Hasbie
Menurut beberapa beberapa pakar psikologi, Anak sudah
mulai ‘berbahasa’ sebelum dia dilahirkan. Melalui saluran intrauterine anak
telah terekspos pada bahasa manusia waktu dia masih janin. Kata-kata dari
ibunya tiap hari dia dengar dan secara biologis kata-kata itu 'masuk' dan ‘tertanam‘ pada janin anak. Anak bisa merasakan apa yang
disampaikan oleh ibunya. Kadang mereka diam tenang dalam perut ibunya, kadang
juga menendang atau meninju perut ibunya.
Mereka menganjurkan saat ibu hamil, agar mendengarkan musik-musik
instrumental yang membuat mereka relaks, atau mendengarkan/membaca ayat-ayat kitab
suci keagamaan.
Sedangkan menurut aliran psikolinguistik anak tidak
dengan tiba-tiba memiliki tata bahasa pertama dalam otaknya dan lengkap dengan
semua kaidahnya, tetapi diperolehnya dalam beberapa tahap dan setiap tahap
berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa. Akan tetapi, Setelah
seorang anak lahir, ia akan memperoleh bahasa pertamanya dalam waktu yang
relatif singkat. Hal itu menurut Chomsky karena setiap orang diperlengkapi
sejak lahir dengan seperangkat peralatan yang memungkinkannya memperoleh bahasa
pertama, yang disebutnya sebagai language acquisition device (LAD) atau
'peralatan perolehan bahasa'. Menurutnya, LAD inilah yang membedakan manusia
dari hewan, dan merupakan ciri khas perolehan bahasa manusia, dibanding bentuk
perilaku non-bahasa makhluk lain.
Ahli bahasa ada yang membagi tahap pemerolehan bahasa ke
dalam tahap pralinguistik dan linguistik. Akan tetapi, pendirian
ini disanggah oleh banyak orang yang berkata bahwa tahap pralinguistik itu
tidak dapat dianggap bahasa yang permulaan karena bunyi-bunyi seperti tangisan
dan rengekan dikendalikan oleh rangsangan (stimulus) semata-mata, yaitu respons
otomatis anak pada rangsangan lapar, sakit, keinginan untuk digendong, dan
perasaan
senang.
Tahap linguistik terdiri atas beberapa tahap,
yaitu (1) tahap pengocehan (babbling); (2) tahap satu kata (holofrastis);
(3) tahap dua kata; (4) tahap menyerupai telegram (telegraphicspeech).
Sedangkan Schaerlaekens membagi fase-fase perkembangan bahasa anak dalam empat
periode, diantaranya: a) Periode Prelingual
(usia 0-1 tahun), b) Periode Lingual Dini
(usia 1-2,5 tahun), c) Periode Diferensiasi
(usia 2,5- 5 tahun), d) Periode Menjelang Sekolah
(sesudah usia 5 tahun)
Menurut
Yusuf dalam buku yang berjudul Psikologi
Perkembangan dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa anak diantaranya: faktor kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi
keluarga, jenis kelamin dan hubungan keluarga.
Berkaitan dengan hubungan keluarga, anak yang menjalin
hubungan dengan keluarganya secara sehat (penuh perhatian dan kasih sayang dari
kedua orang tuanya) dapat memfasilitasi perkembangan bahasanya. Sebaliknya, jika
hubungan anak dan orang tuanya tidak sehat, maka perkembangan bahasa anak
cenderung stagnasi atau mengalami kelainan, seperti: gagap, kata-katanya tidak
jelas, berkata kasar dan tidak sopan, serta merasa takut untuk mengungkapkan
pendapatnya.
Setelah anak masuk jenjang sekolah, maka mulailah ia
menerima pembelajaran bahasa.
Pembelajaran bahasa merupakan proses mengajarkan bahasa agar siswa mampu
berkomunikasi secara baik secara lisan maupun tulisan. Guru dalam memaksimalkan kemampuan bahasa dikelas rendah,
hendaknya:
·
Memahami karakteristik perkembangan bahasa
anak
·
Membangun iklim pembelajaran yang kondusif
dan inspiratif
·
Menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran bahasa
sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Berikut ini beberapa pendekatan pembelajaran bahasa yang
dapat digunakan oleh guru:
1. Pendekatan Whole Language
belajar
bahasa berdasarkan sebuah wacana. Belajar sesungguhnya yakni benar-benar
belajar bahasa sebagai alat komunikasi. Ciri dari pendekatan Whole Language adalah
utuh dan terpadu yakni simak, wicara, baca, dan tulis.
2. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan
komunikatif mengembangkan prosedur
pembelajaran empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Pendekatan Komunikatif mempunyai ciri sebagai alat berkomunkasi
(berinteraksi), fungsional (bermakna).
3. Pendekatan Inquiry
Pendekatan
ini merupakan pendekatan yang menekankan anak untuk mencari dan menemukan
sesuatu untuk memperoleh bahasa.
4. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan
ini meyakini bahwa belajar adalah proses aktif menghubungkan pengalaman dengan
pengetahuan, membentuk atau menyusun dalam rangkaian kegiatan yang
terus-menerus.
5.
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan
keterampilan proses merupakan pendekatan yang berfokus pada pelibatan secara
aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar.
6. Pendekatan Tematis Integratif
Pendekatan
pembelajaran bahasa yang berdasarkan tema dan dilaksanakan secara terpadu untuk
memperoleh kemampuan berbahasa. meliputi: (a) mendengarkan (menyimak); (b)
berbicara; (c) membaca; dan (d) menulis. Keempat aspek tersebut mengarah kepada
siswa agar memiliki kemampuan berbahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan.
Kekhasan Mata Pelajaran dalam K.13
Oleh: Ahmadi Hasbie A.
Secara teoritis terdapat tiga komponen utama agar
pembelajaran berjalan dengan efektif yaitu: 1) kekhasan mata pelajaran, 2)
materi dan 3) siswa. Kekhasan mata pelajaran harus benar-benar dipahami dan
diterapkan dalam pembelajaran. hal ini karena penerapan kekhasan mata pelajaran
dapat terlihat dari silabus, RPP, media pembelajaran, bahan ajar dan alat
evaluasi yang digunakan guru.
Dalam mengajar sebaiknya guru mengidentifikasi, memahami,
dan menganalisis terlebih dahulu kekhasan mata pelajaran khususnya dijenjang
SD. Mata pelajaran tersebut diajarkan
dengan pendekatan tematik terpadu. Artinya mata pelajaran dipadukan oleh tema
atau subtema pemersatu dalam bentuk jaring tema atu subtema. Adapun mata
pelajaran yang terdapat di SD antara lain: bahasa Indonesia, matematika, IPA,
IPS, PPKn, SBdP, dan PJOK.
Bahasa Indonesia
Hakikat mata pelajaran bahasa Indonesia adalah : 1)
sarana berpikir, 2) sarana perekat bangsa, 3) penghela ilmu pengetahuan, 4)
penghalus budi pekerti, 5) pelestari budaya bangsa
Kegiatan berbahasa Indonesia mencakup menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya
menerapkan pendekatan berbasis teks, hal ini agar siswa mampu memproduksi dan
menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya.
Matematika
Matematika dapat diartikan sebagai ilmu atau pengetahuan
tentang belajar atau berpikir logis, dengan batasan matematika adalah symbol,
bahasa numeric, berpikir logis. Adapun karakteristik mata pelajaran matematika
adalah : 1) memiliki objek kajian yang abstak ( fakta, relasi/operasi, konsep,
prinsip), 2) bertumpu pada kesepakatan, 3) berpola pikir deduktif, 4) konsisten
dalam sistemnya, 5) memperhatikan semesta pembicaraan. Adapun cakupan materi
matematika di SD adalah bilangan (asli, bulat, pecahan), geometri dan pengukuran sederhana, serta
statistika sederhana. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran matematika
hendaknya:
·
Menerapkan pendektan
kontekstual, realistik
·
Menggunakan metode
spiral, induktif, penemuan terbimbing
·
Dilakukan secara
bertahap dan pembelajarannya bermakna
·
Menganut kebenaran
konsistensi
·
Berbasis masalah dan
menggunakan hubungan-hubungan (koneksi)
IPA
Pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen yaitu
sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Sehingga dalam proses
pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Adapun cakupan materi IPA di SD adalah 1) makhluk hidup dan
proses kehidupannya, 2) benda/materi, 3) energy dan perubahannya, 4) bumi dan
alam semesta.
IPS
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang
mempelajari tentang kehidupan manusia dalam berbagai dimensi ruang dan waktu
serta berbagai aktivitas kehidupannya. Ruang lingkup IPS terdiri atas
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dikembangkan dari masyarakat
dan disiplin ilmu social.
PPKn
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air. Ruang lingkup mata pelajaran PPKn terdiri atas: 1)
Pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa. 2) subtansi dan jiwa
UUD 1945, Bhineka tunggal Ika dan Komitmen NKRI.
SBdP
Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) merupakan
aktivitas belajar yang menampilkan karya seni estetis, artistic dan kreatif
yang berakar pada norma, nilai, perilaku dan produk seni budaya bangsa. Ruang
lingkup SBdP di SD adalah seni rupa, seni music, seni tari dan prakarya
PJOK
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) pada
hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk
menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu (fisik, mental dan
emosional). Adapun ruang lingkup PJOK mencakup: 1) pola gerak dasar, 2)
aktivitas permaianan dan olahraga, 3) aktivitas kebugaran, 4) aktivitas dan
gerak ritmik, 5) aktivitas air, 6) kesehatan.
Pendidikan Abad 21
oleh: Ahmadi Hasbie
dalam artikel yang berjudul “Mewujudkan
Indonesia Emas Tahun 2045 Melalui Pendidikan Kecakapan Abad Ke-21” karya Sandi
Budi Iriawan, dijelaskan bahwa kecakapan abad 21 dikelompokan menjadi tiga
kategori besar yakni
1)
Literasi dasar yang terdiri dari: literasi bahasa dan
sastra, numerik, sains, finansial, TIK, budaya dan kewarganegaraan
2)
Kompetensi yang terdiri dari:
berpikir kritis dan pemecahan masalah,
berpikir kreatif dan inovasi, komunikasi dan kolaborasi
3)
Kualitas karakter terdiri dari : rasa ingin tahu, inisiatif, pantang
menyerah, adaptasi, kepemimpinan, dan social budaya
Impilkasi kecakapan abad 21 tersebut terhadap
pembelajaran adalah pembelajaran berfokus pada keterampilan karir, keterampilan
hidup, keterampilan media, keterampilan belajar, keterampilan berkomunikasi dan
berkolaborasi.
Sehingga menurut saya teori belajar yang
relevan untuk pembelajaran abad 21 adalah teori belajar kontruktivisme dan humanisme.
Aliran
konstruktivisme mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang.
Manusia mengkonstruksi dan menginterpretasikannya berdasarkan pengalamannya.
Konstruktivistime mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang
mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan
yang digunakan untuk menginterpretasikan obyek dan peristiwa-peristiwa.
Pandangan konstruktivistime mengakui bahwa pikiran adalah instrument penting
dalam menginterpretasikan kejadian, obyek, dan pandangan terhadap dunia nyata,
di mana interpretasi tersebut terdiri dari pengetahuan dasar manusia secara
individual.
Dalam pembelajaran abad
21 guru hendaknya mengakui dan menghargai dorongan diri siswa untuk
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, pada kegiatan pembelajaran, teori belajar kontruktivisme memandang bahwa
belajar merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi atau
membangun pengetahuan, gagasan-gagasan, atau konsep-konsep baru didasarkan atas
pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
Teori belajar kontruktivisme sejalan dengan fokus
ketempilan abad 21 yakni keterampilan karir, keterampilan hidup, keterampilan
belajar, keterampilan media, keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi.
Selain teori belajar kontruktivisme, teori
belajar humanisme juga memainkan peranan penting dalam pembelajaran abad 21.
Hal ini karena aliran humanisme
lebih memusatkan perhatian pada psikologis sifat dasar manusia untuk meraih
sepenuhnya apa yang diinginkan dan berperilaku dalam cara yang konsisten
menurut diri mereka sendiri. Menurut teori humanisme tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai
aktualisasi diri secara optimal.
Berdasarkan uraian di atas, teori humanisme
berpandangan bahwa belajar akan efektif apabila dilakukan secara bermakna dan
siswa mengalami langsung untuk terlibat dalam pembelajaran. selain itu,
pembelajaran humanism cenderung mendorong siswa untuk berpikir induktif.
Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran
akan berjalan dengan efektif apabila guru terlebih dahulu memahami
karakteristik, potensi dan kebutuhan siswa. Setelah itu, guru hendaknya
memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Merangkum dari modul 1 KB
1 bahwa prinsip pembelajaran yang mendidik diantaranya : 1) prinsip perhatian
dan motivasi, 2) prinsip keaktifan, 3) prinsip pengalaman/keterlibatan
langsung, 4) prinsip pengulangan/pembiasaan, 5) prinsip tantangan, 6) prinsip
balikan/penguatan, 7) prinsip perbedaan individu, 8) prinsip kontektual, 9)
prinsip keragaman media dan sumber belajar, 10) prinsip kemampuan berpikir
kritis, kreatif dan inovatif.
Hal
yang sebaiknya dilakukan oleh guru sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik adalah:
·
Guru mengidentifikasi karakteristik, potensi
dan kebutuhan siswa
·
Guru menciptakan iklim belajar yang kondusif
·
Guru merancang kegiatan pembelajaran yang mengembangkan
kemampuan kognitif, apektif dan psikomotorik peserta didik
·
Guru memfasilitasi peserta didik untuk
menemukan / mengkonstruksi pengatahuan sendiri melalui berbagai kegiatan secara
langsung
·
Guru memfasilitasi peserta didik untuk
membangun ketempilan proses dan sikap ilmiah
·
Guru menggunakan model, metode dan media
variatif
·
Guru mengupayakan berbagai kegiatan yang
merangsang keaktifan peserta didik
·
Guru merancang dan mengelola kegiatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk tertantang melakukan
kegiatan tersebut dengan cara menyusun bahan ajar yang menarik dan bernuansa
pemecahan masalah
PENDEKATAN LINGKUNGAN PADA MATERI PERUBAHAN BENDA
Pendekatan yang paling cocok dengan materi “Perubahan Benda” (pelapukan, perkaratan dan pembusukan) adalah pendekatan lingkungan, yaitu:
a. Pembelajaran tentang “Perubahan Benda” dengan menggunakan pendekatan lingkungan dan metode widyawisata.
Guru mengkaitkan peristiwa pelapukan, pembusukan dan perkaratan dengan mengajak siswa berkeliling sekolah untuk menemukan benda-benda yang mengalami pembusukan, perkaratan dan pelapukan.
b. Pembelajaran tentang “Perubahan Benda” dengan pendekatan lingkungan dan metode pengamatan.
Guru menggunakan pendekatan lingkungan dengan metode pengamatan, untuk membandingkan benda yang mengalami perkaratan, pembusukan dan pelapukan dengan benda yang tidak mengalami perkaratan, pembusukan dan pelapukan. Dengan dibekali LKS sederhana dari guru yaitu pada kotak 1,2, dan 3 yang sesuai dengan pengamatan pada keterampilan proses sains, dilampirkan.
c. Pembelajaran tentang “Perubahan Benda” dengan menggunakan pendekatan lingkungan dan metode ceramah.
Setelah siswa mengamati dan membacakan hasil pengamatannya berdasarkan pendapat kelompoknya masing-masing, maka guru meluruskan dan menjelaskan materi mengenai pelapukan, perkaratan dan pelapukan dengan menggunakan metode ceramah.
Kotak 1. LKS sederhana untuk materi pelapukan
Mengamati Pelapukan Pada Kayu
Petunjuk Guru
Guru membawa empat kayu dan menunjukannya:
· Kayu 1: sudah lama dan lapuk
· Kayu 2: masih baru dan bagus
· Kayu 3: sudah lama dan dicat
· Kayu 4: sudah lama dan dipernis.
Amatilah keempat kayu tersebut. Tuliskan kondisi masing-masing kayu berdasarkan hasil pengamatan pada tabel berikut ini:
Kayu
|
Kondisi
|
1
|
…
|
2
|
…
|
3
|
…
|
4
|
…
|
Pertanyaan:
· Apa perbedaan dari keempat kayu tersebut?
· Kayu manakah yang mampu bertahan lama apabila digunakan dalam kehidupan sehari-hari?
· Diskusikan perkiraan penyebab terjadi pelapukan!
Kotak 2. LKS sederhana untuk materi Pembusukan
Mengamati Pembusukan pada Buah-buahan
Amati buah yang segar dan buah yang busuk, misalnya tomat. Apa saja perbedaannya?
Tulis dalam tabel berikut ini!
Sifat
|
Buah segar
|
Buah busuk
|
Warna
|
…
|
…
|
Bau
|
…
|
…
|
Bentuk
|
…
|
…
|
Kekerasan
|
…
|
…
|
Pertanyaan:
· Diskusikan apa yang menyebabkan buah membusuk!
· Diskusikan hal yang biasa dilakukan agar buah tidak membusuk.
· Apa lagi yg biasa ditemukan pada buah-buahan yang busuk?
Kotak 3. LKS sederhana untuk materi Perkaratan.
Mengamati Perkaratan Pada Paku
Petunjuk Guru
Guru membawa tiga kayu dan menunjukannya:
Paku 1: sudah berkarat
Paku 2: masih bagus
Paku 3: dicat
Amatilah ketiga paku tersebut. Tuliskan kondisi masing-masing paku berdasarkan hasil pengamatan pada tabel berikut ini:
Paku
|
Kondisi
|
1
|
…
|
2
|
…
|
3
|
…
|
Pertanyaan:
· Apa perbedaan dari ketiga paku tersebut?
· Paku manakah yang mampu bertahan lama apabila digunakan dalam kehidupan sehari-hari?
· Diskusikan perkiraan penyebab terjadi perkaratan!
Langganan:
Postingan (Atom)